Google Ilustration |
Oleh: Afdhal Purnama
Di pelataran sebuah pagi yang cerah setelah embun-embun mengering, di bawah pohon kiara payung (filicium decipiens) yang teduh, di antara gedung-gedung kampus yang masih berselimut malas dingin gerimis tadi subuh, di bawah sayap segerombolan burung pipit (estrildidae) yang berkicau merdu, semerbak harum minyak wangi insan kampus yang dihembus lemas angin pagi.
Benar-benar pagi yang menggoda, terlihat jelas bola mata manusia yang masih bersinar terang, dunia hari itu terlihat sedikit berbeda, lebih puitis dari biasanya, benar saja Akeela, hari itu pertama kali aku bertemu dengan bola matamu, hanya sepasang bola mata dengan alis di atasnya, selebihnya burqa hitam menutup hampir seluruh tubuhmu, pagi itu benar-benar sebuah tanda tanya Akeela.
Di pelataran pagi yang baru saja disapu bersih oleh petugas kebersihan kampus, menyisakan hamparan halaman yang kosong seperti selembar kertas putih yang menawarkan kisah baru untuk dinukil di atasnya, semuanya berawal dari ahwal tak terduga, begitulah cara dunia yang suka memberi kejutan tiba-tiba.
Di bawah pohon kiara payung yang daunnya jatuh berguguran, aku mengenang sebuah petuah tokoh pembebasan India dari jajahan Inggris, Mohandas Karamchand Gandhi, "Jika mata bertemu mata, maka seluruh dunia akan menjadi buta," lalu aku mulai menerka mata apa yang buta? siapa yang buta di antara kita? Dan kita mulai saling bicara, namun kata-kata hanya keluar beberapa patah kalimat saja, aku kehilangan sejumlah pembendaharaan kosakata yang tersimpan di dalam brangkas kepala, tatapan matamu berhasil mencuri wajan ingatan ku Akeela.
Di antara gedung-gedung kampus itu, aku ingin bumi berputar lebih lambat, orang-orang berjalan dan daun-daun jatuh dengan lambat seperti slow motion gerakan peluru Karl Urban dan Olivia Thirlby saat menyergap ruangan anak buah Lena Headey dalam film Dreed, atau seperti gerakan Keanu Reeves dalam adegan bullet time di film The Matrix, pikiranku menerawang Akeela.
Di bawah sayap segerombolan burung pipit, sebagian orang bertebaran memenuhi panggilan shalat sunat dhuha, dan kita sepasang insan antara dhuha dan istikharah, mungkin begitulah cara cinta mempertemukan sungai Tigris dan Eufrat di Bashra hingga akhirnya keduanya bersatu dan bermuara di teluk Persia.
Semerbak harum minyak wangi insan kampus yang dihembus angin tadi pagi perlahan berlalu, kita saling berpamitan lalu berpisah dalam angan masing-masing, engkau ingin pergi ke suatu tempat dan aku ingin pergi ke suatu waktu, dan di suatu sore saat segalanya usai kita akan saling menerka, siapa yang lebih dulu sampai, sesingkat itulah pertemuan. []
Komentar
Posting Komentar