Kali ini
saya tertarik untuk mengangkat sebuah cerita inspiratif tentang perjalanan
hidup seekor kerang mutiara, dongeng motivasi ini pertama kali saya dengarkan
tiga tahun yang lalu dari cerita teungku (ustadz) kitab kuning saya, yaitu
Teungku Jaysuta (Jailani Yusuf Kuta Makmur) salah seorang pengajar Kitab Bajuri
di Pesantren Modern Misbahul Ulum, Lhokseumawe, Aceh.
KISAH SI ANAK KERANG
Suatu hari ketika induk kerang sedang
bermain-main di dasar laut yang dalam bersama dengan anak-anaknya, tiba-tiba
terdengar salah satu anaknya mengerang kesakitan, ternyata sebutir pasir yang
tajam masuk menusuk kedalam tubuhnya yang lunak dan merah, si anak kerang yang
kesakitan dengan bercucuran air mata mengeluh kepada ibunya, "Wahai ibu,
tubuhku sangat perih, pasir yang masuk ke dalam tubuhku sangat tajam, aku tidak
tahan", si induk kerang yang mendengarkan perkataan anaknya ikut bersedih,
namun apalah daya, si induk kerang tidak bisa berbuat apa-apa, dengan sedih si
induk kerang berkata "Anakku...tuhan tidak memberikan kepada kita satu
tangan pun, sehingga ibu tidak bisa menolong mu." Si ibu terdiam sejenak, "Sakit
sekali ibuuu" jawab anaknya, "Ibu tahu anakku, tapi terimalah ia
sebagai ujian, kuatkan hatimu, sesungguhnya rasa sakit yang engkau rasakan hari
ini, adalah suatu keindahan yang paling dicari oleh setiap orang suatu saat
nanti, balutlah pasir itu dengan getah perutmu" kata ibunya dengan lembut.
Anak kerang pun mematuhi nasehat
bundanya, setiap hari ia merasa perih dari dalam tubuhnya, tetapi ia tetap
bersabar, dan terus menjilati pasir tersebut dengan getah perutnya, namun rasa
sakit tetap saja bukan alang kepalang. Dengan air mata ia bertahan
bertahun-tahun lamanya, sehingga tidak terasa pasir di dalam tubuhnya semakin
lama semakin membesar, semakin lama semakin halus, hingga rasa sakit pun mulai
berkurang, akhirnya setelah sekian tahun bersabar manahan rasa sakit, sebutir
mutiara besar, indah, berkilau pun terbentuk dengan sempurna di dalam tubuhnya,
mutiara dari hasil kesabaran kerang inilah yang kelak selalu orang cari-cari
oleh setiap untuk menikmati keindahannya.
Penderitaannya selama bertahun-tahun
berubah menjadi mutiara yang sangat berharga, dan lebih berharga dari
kerang-kerang lain yang hidup dalam kesenangan tanpa ada perjuangan, yang
akhirnya hanya menjadi santapan-santapan di pinggir jalan, dan tak jarang di
buang kejalanan dan mengakhiri hidup dibawah ban kendaraan yang melewatinya.
Komentar
Posting Komentar