Jadilah Orang Indonesia yang Muslim, Bukan Orang Muslim yang Indonesia

Oleh: Afdhal Purnama

Ironis itu adalah ketika kampus islam didirikan megah-megah, namun mahasiswanya malah diajak belajar ke gereja. Dengan berdalih studi emansipasi, toleransi dijadikan alat penjual harga diri, kita terkadang dibodohi dengan sistem yang kita rancang sendiri.

Kita terlahir di negara penuh tanda tanya, di negeri mayoritas muslim ini kita tunduk di bawah supremasi pancasila, bhineka tunggal ika sering menjadi argumen kita  dalam beraktivitas, kita berekspresi sebebas-bebasnya, tak sadar kita telah keluar dari batas-batas agama kita.

Tulisan ini bukan untuk menghitamkan kambing orang. Toh, penulis sendiri bukan seorang ulama yang menguasai lautan ilmu agama dan terlepas dari berbagai kesalahan. Namun sangat disayangkan ketika menyaksikan fenomena yang terjadi di tanah Serambi Mekah, untuk mempelajari ideologi kesetaraan gender, seorang dosen universitas islam mengajak mahasiswanya belajar bersama seorang pendeta di gereja mereka.

Sebenarnya tidak menjadi sebuah problema untuk mempelajari pemahaman pemeluk agama tetangga, banyak ulama timur tengah yang mempelajari kesesatan agama mereka. Namun, yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah; Apakah kita telah menguasai dengan sempurna ajaran agama kita? Apakah untuk mempelajari pemahaman tertentu dari sebuah agama harus di rumah ibadat mereka? Dimana harga diri kita, kita jangan mengulama-ulamakan diri sendiri.

Kejadian ini harus menjadi i'tibar dan bahan evaluasi bagi kita semua, dalam hidup ini kita membutuhkan filter, jangan dengan mudah terkontaminasi dengan debu-debu liberal yang menyusup ke dalam rongga tubuh kita, bukan untuk kasus ini saja, masih banyak kejadian yang lain secara tidak sadar telah menodai nama baik kita atau bahkan mendangkalkan akidah kita. 

Dari tulisan ini saya mengajak pembaca untuk memperdalam pengetahuan agama islam kita, memperkuat akidah dan ibadah kita, agar kita menjadi muslim yang kuat. Pakailah kaca mata islam untuk memandang sesuatu pekerjaan boleh atau tidak untuk dikerjakan, bukan dengan arogansi kaca mata hitam negara yang kita ciptakan sendiri dan belum tentu benar di mata agama. Jika kita menanam padi, rumput akan ikut tumbuh. Namun, jika kita menanam rumput padi tidak akan ikut tumbuh. Wallahu 'alam bissawab

Semoga bermanfaat
@afdhalpurnama

*Picture: Google Ilustration

Komentar

Populer

Perjalanan Menuju Ilmu

Era dan Tahap Perkembangan Teknologi Komunikasi | Review Book 3rd Task

GOLPUT - MEMILIH UNTUK TIDAK MEMILIH