Oleh: Afdhal Purnama
2014 meninggalkan beberapa kisah paling menyayat dalam orkestra percintaan remaja Aceh. Dalam tulisan kali ini saya mencoba mengumpulkan beberapa kisah cinta berujung tragis dari berbagai media lokal sebagai bahan evaluasi, pelajaran bagaimana labilnya kita ketika berhadapan dengan cinta.
Setidaknya saya berhasil mengumpulkan dua kisah cinta berakhir tragis paling fenomenal di pertengahan terakhir tahun 2014. Menurut rilis media, semua kisah ini dipicu oleh rasa kecewa dan cemburu membabi hutan buta, yang membuat mata hati pecinta buta, kemudian menata sebuah cerita sedemikian rupa, dengan niat membuat sang pendusta menutup mata. Se-romantis itukah cinta?
Di negeri puisi ini, cinta diberi hanya dengan tetesan air mata, kemudian berlagak bak pujangga, dan berakhir dengan tangis bersimpahan darah luka. Sebenarnya cinta tak sepuitis itu jika kita tidak buta.
Tragedi 9 Agustus 2014, perencanaan pembunuhan yang dilakukan oleh oknum pegawai negeri sipil dinas perhubungan Sabang, dengan motif cinta segitiga, nyaris merenggut nyawa seorang mahasiswa calon dokter Universitas Syiah Kuala, korban dibuang ke jurang gunung gurutee setelah dianiaya, pelaku terbakar cemburu buta setelah korban tertangkap basah jalan-jalan dengan kekasih pelaku pada suatu senja.
Ironisnya, sebelas hari kemudian pada 21 Agustus 2014, Aceh kembali digemparkan dengan penemuan seorang pemuda dalam keadaan kritis di jurang Gle Paro, Aceh Besar. Pemuda itu tak lain adalah penyantap mie goreng spesial racun tikus sajian khas sang mantan pacar. Dikabarkan, pemuda itu tak sadar diri setelah menikmati mie spesial buatan sang mantan. Kemudian sang mantan ditemani pacar baru, bergegas membawa bekas belahan jiwanya itu keluar dari Pidie Jaya, dan sampailah di tepi jurang jalan Gle Paro, di sanalah si pemuda dibuang oleh sang mantan kekasih. Begitu romantis.
Setelah di-interogasi, ternyata si gadis termakan api kecewa, karena ulah sang mantan menyebarkan foto aib miliknya, hingga emosi sang gadis membara, terbakar api dendam di dalam dada, dan pada akhirnya dengan sepiring mie goreng spesial rasa racun tikus, korban terkulai tepat di depan mata.
Cinta itu datang tak mengenal waktu, tak mau tahu muda atau tua, makan nasi atau makan boh ubi, berjalan pakai kaki atau pakai tangan. Namun, yang perlu diingat adalah; kuatkan terlebih dahulu akidah dan karakter kita, jangan biarkan cita-cita kita sia-sia hanya karena seorang gadis atau pria yang belum pasti menjadi milik kita. Jika memang cinta itu terlalu menggoda dekap ia dengan sederhana, sesederhana kopi dengan dua sendok gula, untuk sedikit memberi rasa manis, bukan untuk menghilangkan rasa pahitnya.
Disini saya mengajak teman-teman memandang lebih luas, jika selama ini kita tak pernah peduli dengan orang-orang yang sebenarnya paling menyayangi kita, keluarga kita, guru kita, saudara kita, teman-teman kita, mereka adalah perhiasan yang tak terhitung harganya.
Terima kasih telah membaca!
Semoga bermanfaat :)
@afdhalpurnama
terimakasih infonya, jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2RgBUQM
BalasHapus