Langsung ke konten utama

Kemana Ku Harus Pulang


Dinda, tanah kita berpijak ini tak bersahabat lagi dengan ku, sepertinya hanya dosa-dosaku saja yang tampak di kaca mata orang-orang itu, ditambah lagi pengangguran kelas sarjanaku yang membuat berhari-hari aku harus bersembunyi dalam tumpukan sampah ini.

Sepertinya Dinda, aku harus benar-benar pergi dan tak perlu kembali, sebab pergi dan datang lagi itu sangat melelahkan sekali.

Namun Dinda, perantauan bukanlah tempat tujuan yang menenangkan, orang-orang berani singgah di sana karena harta, lantas kembali pulang lagi karena cinta.


Cinta,
Cinta Dinda, sesuatu yang tak tampak lagi di raut wajahmu yang lesung pipit itu, engkau telah memendam rasa yang lain, romantika kisah kita telah kusam, mungkin karena waktu yang membuat kisah kita tampak menjadi lebih tua, atau kenyataan yang memaksa kita melupakan hal-hal indah untuk membuatnya lebih berwarna, entahlah Dinda.

Dinda, hidup itu banyak rasa, kita telah melewati banyak lika-liku kisah ini, umur kita pun semakin memutih di kepala waktu, bertambahnya usia memang bukan sebuah ukuran bertambahnya kedewasaan seseorang, tapi seharusnya, bertambahnya usia bisa membuat kita lebih memahami arti sebuah keadaan.

Ada masa kita mengutuk perpisahan, ada masa kita mencaci pedas kata kehilangan, namun ada masa, dimana kita harus berteman dekat dengan kenyataan. Makanya Dinda, disaat kita bisa berlebihan, kita harus ingat arti kesederhanaan, kalau tidak, jika suatu saat kita harus seadanya, kita kan merana.

Dinda, asal kau tahu, ketika menulis pesan ini, aku telah dikawal oleh lebih dari sepuluh Si Ben negeri jiran, ku hanya bisa duduk, tertunduk, bimbang, tak tahu kenapa aku bisa sampai di tanah bersayap uang ringgit ini, kemana gerangan tujuan ku, siapa yang ku perjuangkan, apa yang telah ku korbankan, kemana aku harus pulang.

Mungkin hidup ku memang berat Dinda, makanya aku terlalu banyak mengeluh. Atau mungkin memang karena aku terlalu banyak mengeluh, makanya hidup ku menjadi berat. Entahlah Dinda.

Beginilah Dinda, hidup kita hanya sekumpulan kemungkinan, kita hanya bisa menduga, Tuhan yang akan menentukannya.

Kelak, jika aku kembali, telah ku siapkan untukmu sebilah rencong dan sepucuk mawar, terserah engkau mau pilih yang mana, dada ku siap menerima keduanya.

Picture: Google Ilustration

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Ilmu

Oleh: Afdhal Purnama   Ilmu merupakan mata pencaharian berharga yang harus dituntut demi buah kebahagiaan dunia dan akhirat, perjalanan menuntut ilmu itu panjang, lama dan mahal, butuh kesabaran, keikhlasan, ketakwaan dan pengorbanan untuk mendapatkannya. Ilmu itu mata pencaharian yang mudah hilang dan terlupakan, ia begitu sensitif terhadap tingkat adab, ketakwaan dan kemaksiatan penuntut kepada Allah.

Era dan Tahap Perkembangan Teknologi Komunikasi | Review Book 3rd Task

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI Judul Buku: Teknologi Informasi dan Komunikasi Bab Review: Bab II Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Penulis: Y Maryono dan B. Patmi Istiana Penerbit: Yudhistira Tahun 2008 Direview oleh: Afdhal Purnama (411206532/Unit 2) Dalam buku ini dijelaskan sejarah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara umum. Dikatakan umum karena ternyata teknologi informasi dan komunikasi bukan saja menyangkut peralatan komputer, tetapi semua peralatan yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi menyampaikan informasi.

Teamwork Makes The Dream Work

Google Ilustration Oleh: Afdhal Purnama Awal November yang mulai mengering, setelah Oktober yang basah, bulan lalu memang sedikit hanyut oleh berbagai tragedi yang setiap hari menenggelamkan time line media sosial kita dengan berbagai musibah, bencana alam dan bencana buatan, beberapa daerah di tingkat lokal dan nasional diselimuti banjir, kebakaran, tanah longsor dan berbagai hal lainnya, tak kalah menyesakkan jiwa, 174 nyawa suporter sepak bola melayang dalam sebuah perhelatan liga 1 di kota bunga. Pembuka di atas sama sekali tidak ada hubungannya dengan tajuk dari nukilan ini, hanya sekedar catatan bulan lalu untuk i'tibar dan pengingat pribadi agar kejadiannya tidak luput ditelan jam dinding yang terus berputar. Sebagai salah seorang yang ekosistem kerjanya digambarkan dalam sebuah struktur organisasi tak ubahnya skema rantai makanan dalam buku pelajaran biologi, maka penulis ingin menukilkan beberapa hal ahwal sederhana yang barangkali menjadi inspirasi teman-teman dalam mem