Antara Amanah dan Belajar Tanpa Henti
Selasa sore, 11 Maret 2025. Saya membuka grup WhatsApp kantor sekadar membaca lalu lintas pesan. Tapi senja itu ada yang berbeda. Sebuah screenshot surat keputusan Rektor muncul di layar. Nama saya tercantum jelas, ditunjuk sebagai Ketua Subtim Fungsi Kerjasama dan Kelembagaan di Biro AAKK.
Sejenak saya terdiam. Antara percaya dan belum sepenuhnya yakin. Nama itu memang saya, tetapi hati saya masih bertanya-tanya. Benarkah saya sudah layak untuk ini?
Keesokan harinya, Rabu 12 Maret 2025, saya dipanggil langsung oleh Kepala Biro ke ruangannya. Dengan tenang dan tegas, beliau menyampaikan secara resmi bahwa saya diminta untuk memegang amanah sebagai Kasubtim Fungsi Kerjasama dan Kelembagaan.
Saya mengangguk perlahan, menerima dengan tenang namun penuh gelombang di dalam hati. Jujur, saya bukan orang yang sarat pengalaman dalam urusan kelembagaan, apalagi dalam hal menjalin kerjasama strategis antarinstansi. Namun, hidup memang tak selalu menunggu kita merasa siap. Kadang, justru ada kalanya dari ketidaksiapan seseorang harus bertumbuh.
Saya jadi teringat satu nasihat lama, "Jangan menunggu sempurna untuk memulai, karena kadang tanggung jawab adalah sekolah terbaik bagi jiwa yang ingin belajar."
Amanah bukanlah soal jabatan atau posisi. Ini tentang kepercayaan. Tentang bagaimana sebuah institusi mempercayakan tugas kepada orang yang mungkin belum sepenuhnya tahu caranya, tetapi institusi berharap orang tersebut punya kemauan untuk belajar dan tumbuh bersama.
Bagi saya, tugas ini adalah ladang baru untuk belajar. Belajar memahami ritme kerja kelembagaan, belajar mendengar lebih banyak, dan tentu saja belajar menjadi pemimpin kecil yang tetap punya kerendahan hati. Jabatan bukan tempat untuk merasa lebih tinggi, tetapi ruang untuk lebih banyak melayani.
Saya tahu jalan ini tak akan mudah. Ada hari-hari yang akan membuat saya lelah, bingung, mungkin juga salah arah. Tapi saya percaya, selama saya tetap bersandar pada niat yang lurus dan hati yang terbuka, Allah akan menuntun setiap langkah.
Seperti bunyi sebuah hadih maja, "Menyo jroh niet ngon qasad, laot ngon darat Tuhan Peulhara"
Semoga amanah ini menjadi jalan kebaikan, bukan hanya untuk saya, tetapi juga untuk tim yang saya dampingi, untuk lembaga tempat saya mengabdi, dan untuk setiap proses yang membawa institusi menuju kemajuan yang bermakna.
Karena pada akhirnya, setiap tanggung jawab bukan tentang seberapa tinggi posisi, tapi seberapa tulus niat untuk memberi arti. Nah!
Komentar
Posting Komentar